Oleh: Ahmad Usdianto
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa supervisi penting dalam pembelajaran. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah teknik workshop penerapan aplikasi skoring dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015? 2) Bagaimanakah penerapan teknik workshop penerapan aplikasi skoring agar dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015?
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 di wilayah binaan I Kecamatan Montong yang terdiri dari 10 SDN. Jumlah subyek penelitian 21 orang (Kepala Sekolah dan guru). Diawali dari penjelasan Pengawas TK/SD selaku peneliti tentang penerapan supervisi pembelajaran, dilanjutkan praktek penyusunan supervisi pembelajaran oleh semua peserta diklat. Semua penampilan diobservasi secara bergantian tentang cara penyusunan supervisi pembelajaran dan hasil akhir dari kerja juga dinilai, dan berlangsung 2 siklus. Data utama yang dianalisa adalah hasil observasi dengan menentukan kriteria bahwa minimal 70% dari jumlah peserta harus berhasil melaksanakan supervisi dan berhasil dalam hasil akhir. Berdasarkan analisis data dapat diperoleh kesimpulan: 1) Teknik workshop penerapan aplikasi skoring dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015. 2) Agar workshop penerapan aplikasi skoring dapat meningkatkan supervisi pembelajaran, maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a) Sebelum observasi penerapan aplikasi skoring dilaksanakan harus ada penjelasan yang lengkap dari pengawas TK/SD selaku peneliti, sehingga para peserta Workshop dapat mempersiapkan diri; b) Proses workshop harus dipersiapkan dengan baik disertai proposal yang jelas sehingga semua peserta dapat memahaminya; c) Pada saat berlangsung pelaksanaan tugas supervisi oleh peserta workshop, proses observasi tidak boleh mengganggu konsentrasi peserta; dan d) Ada ukuran atau kriteria keberhasilan yang jelas agar proses pelaksanaan supervisi pembelajaran serta hasil kerja aplikasi scoring dapat diukur secara jelas pula.
Kata Kunci : Workshop, Supervisi, Aplikasi
Sebagai seorang profesional guru tidak bekerja secara sendiri, dia bekerja dengan saling tergantung dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik dalam arti sarana prasarana maupun lingkungan sosial yang berarti rekan-rekan seprofesinya. Hal ini bukan berarti bahwa guru tidak bersikap mandiri sebab konteks kemandirian bukan berarti harus berjalan sendiri. Kemandirian berpulang pada penciptaan kreativitas dan keberanian menerapkan apa yang menjadi ide dan kreativitasnya itu.
Kata Kunci : Workshop, Supervisi, Aplikasi
Sebagai seorang profesional guru tidak bekerja secara sendiri, dia bekerja dengan saling tergantung dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik dalam arti sarana prasarana maupun lingkungan sosial yang berarti rekan-rekan seprofesinya. Hal ini bukan berarti bahwa guru tidak bersikap mandiri sebab konteks kemandirian bukan berarti harus berjalan sendiri. Kemandirian berpulang pada penciptaan kreativitas dan keberanian menerapkan apa yang menjadi ide dan kreativitasnya itu.
Dalam rangka mencapai keberhasilan itulah maka sistem pendidikan mengharuskan adanya supervisi akademik, yaitu sebuah sub sistem yang memungkinkan guru melakukan instropeksi dalam pelaksanaan tugasnya. Guru membutuhkan orang lain yang membuat dia mengetahui dan menyadari kekurangannya, sebab tidak ada orang yang sempurna. Sepandai-pandai orang berbuat sesuatu tetap saja kekurangan itu ada, dan dalam rangka memahami kekurangan itulah maka diharuskan adanya proses supervisi pembelajaran (Erny Widyawati, 2004: 94).
Secara umum supervisi dapat diartikan sebagai bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam kaitan ini supervisi lebih merupakan bimbingan, dan kesempatan bagi guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran. Di samping itu juga bantuan pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pengajar yang lebih baik, cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses penalaran, dan sebagainya.
Sementara itu Adams dalam Subiyakto (2001: 63) memberikan batasan supervisi sebagai berikut: “supervision is service activity that exits to help teacher do their job better”. Dari pendapat tersebut supervisi pembelajaran yaitu serangkaian bantuan yang berwujud layanan perofesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli kepada guru dengan tujuan layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan rencana pendidikan akan tercapai.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor: 13 Tahun 2007 bahwa yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas supervisi terhadap para guru di sekolah adalah Kepala Sekolah. Tugas ini bagi kepala sekolah lebih merupakan kewajiban yang mengikat dan oleh karena itu setiap kepala sekolah harus menyusun program supervisi di lembaga yang menjadi tanggung jawabnya.
Namun dalam kenyataan tidak sedikit kepala sekolah yang kurang menyadari tugas dan fungsinya, terutama jika dikaitkan dengan tugas melakukan supervisi ini. Bahkan tidak jarang seorang kepala sekolah enggan melakukan superisi di kelas hanya karena kurang percaya diri, kurang siap, merasa sungkan, dan banyak lagi alasan lain (Muladi Sani, 2002: 58). Sebagai akibatnya pelaksanaan supervisi sebagai bagian penting dari system pembelajaran menjadi terabaikan, dan para gurupun melakukan tugasnya di kelas tanpa dapat berkaca apa yang menjadi kekurangannya.
Dalam rangka memaksimalkan sistem supervisi pembelajaran yang menjadi kewajiban para kepala sekolah itulah maka penelitian ini sengaja dilakukan. Selama ini penulis menemukan gejala kuat bahwa para kepala sekolah kurang maksimal dalam melakukan tugas supervisi. Bahkan tidak sedikit pula sekolah-sekolah yang tidak memiliki jadwal supervisi. Kepala sekolah kurang memahami makna aspek-aspek yang terkandung dalam instrument supervisi. Tentu saja kondisi semacam ini tidak boleh berlama-lama, harus ada yang memulai untuk meluruskan kekurangan tersebut (Sumindar, 2002: 83).
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Workshop Penerapan Aplikasi Skoring Untuk Pengefektifan Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Kepala Sekolah Terhadap Guru Di Kecamatan Montong Kabupaten Tuban”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Apakah teknik workshop penerapan aplikasi skoring dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015? 2) Bagaimanakah penerapan teknik workshop penerapan aplikasi skoring agar dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015?
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Untuk mengetahui efektivitas workshop penerapan aplikasi skoring dalam meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015; 2) Untuk mengetahui cara yang tepat menerapkan workshop penerapan aplikasi skoring agar dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015.
Adapun manfaat penelitian ini meliputi 1) Manfaat bagi guru : (a) penelitian ini dapat memberikan pengalaman kepada semua guru sebagai peserta Workshop Penerapan Aplikasi Skoring tentang bagaimana pelaksanaan supervisi pembelajaran berlangsung secara baik dan benar; dan (b) penelitian ini dapat memberikan pedoman bahwa pelaksanaan Supervisi Pembelajaran harus diterapkan dengan cara yang tepat, yang memberikan nilai tambah bagi proses penilaian di sekolahnya; 2) Manfaat bagi peserta didik: (a) penelitian ini dapat membantu memberikan pedoman tentang kegiatan pembelajaran secara benar dengan tujuan yang benar pula sehingga hasil kegiatan pembelajaran diukur dengan alat ukur yang standar; dan (b) penelitian ini dapat membantu meningkatkan motivasi belajar karena siswa merasa bahwa hasil belajarnya diukur dengan standar keberhasilan yang sesuai dengan ketentuan; 3) Manfaat bagi sekolah: (a) penelitian ini dapat membantu para kepala sekolah untuk pelaksanaan Supervisi Pembelajaran khususnya penggunaan aplikasi skoring yang harus dibuat dengan benar; (b) penelitian ini dapat membantu kepala sekolah dalam mengembangkan program kegiatan pembelajaran secara lebih tepat.
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Supervisi
Adams dalam Subiyakto (2001: 63) memberikan batasan supervisi sebagai berikut: “supervision is service activity that exits to help teacher do their job better”. Dari pendapat tersebut supervisi pembelajaran yaitu serangkaian bantuan yang berwujud layanan perofesional yang diberikan oleh orang yang lebih ahli kepada guru dengan tujuan layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan rencana pendidikan akan tercapai.
Penggertian Workshop Penerapan Aplikasi Skoring
Workshop penerapan aplikasi skoring adalah program pendidikan dan pelatihan yang padat dan singkat. Pemimpin workshop penerapan aplikasi skoring memberi tugas kepada peserta yang harus dikerjakan pada waktu itu juga. Sedangkan istilah Aplikasi Skoring mengarah pada pengertian bahwa peserta workshop diberikan materi tentang bagaimana menerapkan aplikasi supervisi yang dengan menggunakan alat computer (laptop) dimana program tersebut sudah secara otomatis merekap skor dan nilai akhir, sehingga supervisor tidak lagi menghitung secara manual. Peserta berjumlah tidak terlalu banyak, Workshop penerapan aplikasi skoring dalam penelitian ini hanya sebanyak 21 orang.
Kegiatan workshop penerapan aplikasi skoring identik dengan seminar yaitu suatu pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu oleh para pakar dalam bidang tertentu pula. Perbedaan mendasar antara workshop penerapan aplikasi skoring dengan seminar hanya menekankan pada hasil yang didapat dari workshop penerapan aplikasi skoring menjadi sebuah produk yang dapat digunakan peserta aplikasi skoring dalam proses pembelajaran di kelas (Asmin Windu, 2005: 112).
Peningkatan Kinerja Guru/Kepala Sekolah
Peningkatan kinerja dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat (Yahya Sidiq, 2002: 77). Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka Peningkatan kinerja guru merupakan suatu keharusan.
Pengembangan kinerja guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa (Indrawan, 2006: 86). Profesionalitas berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian. Peningkatan kinerja itu sendiri dapat berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
Peningkatan kinerja guru dapat berarti guru yang profesional, yaitu seorang guru yang mampu merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar dan memanfaatkan hasil penilaian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya dalam penyempurnaan proses belajar mengajar (Johan Fani, 2003: 88).
Tugas seorang guru profesional meliputi tiga aspek utama yaitu : Pertama aspek profesi, dalam bidang profesi, seorang guru profesional berfungsi untuk mengajar, mendidik, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-masalah pendidikan. Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai pengganti orang tua khususnya dalam bidang peningkatan kemampuan intelektual peserta didik. Guru profesional menjadi fasilitator untuk membantu peserta didik mentransformasikan potensi yang dimiliki peserta didik menjadi kemampuan serta keterampilan yang berkembang dan bermanfaat bagi kemanusiaan (Surya Ananda, 2005: 44).
Kedua aspek manusiawi, dalam bidang kemanusiaan, guru berfungsi untuk meningkatkan martabat sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Serta pengabdian pada masyarakat berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ketiga aspek sosial kemasyarakatan, dalam bidang kemasyarakatan, profesi guru berfungsi untuk memenuhi amanat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan diferensiasi tugas dari suatu masyarakat modern, sudah tentu tugas pokok utama dari guru profesional ialah di dalam bidang profesinya tanpa melupakan tugas-tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April tahun 2015 semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Sedangkan untuk memperoleh data yang diinginkan tempat penelitian ini bertempat di wilayah binaan penulis sebagai Pengawas TK/SD, yaitu di Kecamatan Montong Kabupaten Tuban. Adapun secara detail wilayah binaan tersebut meliput: (a) SDN Montongsekar I ; (b) SDN Montongsekar III ; (c) SDN Talangkembar I ; (d) SDN Talangkembar II ; (e) SDN Guwoterus I ; (f) SDN Guwoterus II, (g) SDN Nguluhan; (h) SDN Manjung,; (i) SDN Tanggulangin I; dan (j) SDN Tanggulangin II. Sedangkan tempat berlangsungnya workshop bersama adalah di SDN Montongsekar I sebagai SD inti. Subjek dalam penelitian ini adalah para kepala SDN dan guru-guru SDN di sepuluh sekolah yang menjadi binaan penulis di Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 21 orang. Jadi masing-masing SD ada 2 orang (khusus SD inti 3 orang).
Metode pengumpulan data diperoleh melalui observasi penerapan supervisi pembelajaran, dan lembar penilaian hasil akhir penerapan aplikasi skoring. Dalam hal ini penilaian difokuskan pada 4 aspek, antara lain: 1) Kemampuan menyusun jadwal supervisi di sekolah; 2) Kemampuan mmahami aspek-aspek dalam supervisi; 3) Ketepatan memberikan skor setiap aspek; dan 4) Kemampuan menggunakan aplikasi skoring supervisi.
Prosedur dan Teknik Analisis Data
Setiap siklus diawali dengan penyajian materi oleh Pengawas TK/SD tentang cara melaksanakan supervisi pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab antara penyaji dengan peserta workshop penerapan aplikasi skoring. Setelah diskusi selesai maka peserta mendapatkan tugas kelompok sesuai dengan asal lembaga sekolah. Tugas kelompok adalah melaksanakan supervisi pembelajaran dengan materi yang dibagi mapel dan kelasnya. Saat pelaksanaan tugas kelompok inilah Pengawas TK/SD sebagai peneliti melakukan observasi dengan menggunakan instrument yang sudah disusun sebelumnya. Di samping itu terhadap hasil akhir penerapan aplikasi skoring juga dilakukan penilaian.
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian dianalisa setiap siklusnya. Apabila hasil penelitian belum memenuhi syarat sesuai dengan kriteria yang ditentukan maka penelitian dilanjutkan pada siklus beikutnya. Demikian prosedur ini dilaksanakan sampai menemukan hasil yang memenuhi keriteria.
Adapun kriteria yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) Kinerja pelaksanaan supervisi secara keseluruhan dinyatakan berhasil jika minimal 15 orang dari peserta Workshop (70 %) berhasil mencapai nilai 7 (tujuh); 2) Hasil akhir penerapan aplikasi skoring secara keseluruhan dinyatakan berhasil jika minimal 15 orang dari peserta Workshop (70 %) berhasil mencapai hasil yang baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Perencanaan workshop supervisi siklus I dilaksanakan dengan terlebih dahulu menyampaikan penjelasan kepada kepala SD dan guru tentang tujuan dan prosedur penelitian. Memberikan bimbingan awal kepada kepala SD dan guru tentang apa yang harus dilakukan dalam penelitian. Pengawas TK/SD menyusun materi penyajian untuk menjelaskan cara melaksanakan supervisi pembelajaran sesuai dengan prosedur yang benar. Pengawas TK/SD menyusun lembar observasi untuk mengamati kinerja para kepala SD dan guru yang menjadi subyek penelitian dalam workshop pelaksanaan supervisi pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan ini ada beberapa butir kegiatan, yaitu : 1) Pengawas TK/SD menyampaikan materi penyajian tentang cara melaksanakan supervisi pembelajaran sesuai dengan prosedur yang benar dan sesuai peraturan yang ada; 2) Pengawas TK/SD memberikan penjelasan tentang fungsi dan kegunaan supervisi dan menjelaskan 3 aspek utama, ialah kemampuan membuat jadwal supervisi, ketepatan memberikan skor setiap aspek, dan kemampuan peserta dalam menerapkan aplikasi skoring; 3) pengawas TK/SD melakukan tanya jawab tentang berbagai kendala yang dihadapi peserta selama ini dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di sekolahnya; dan 4) Pengawas TK/SD selaku peneliti memberikan tugas kepada seluruh peserta workshop penerapan aplikasi skoring secara berkelompok untuk menerapkan supervisi pembelajaran
Sedangkan dalam pelaksanaan observasi kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) Pengawas TK/SD selaku peneliti melakukan pengamatan tentang kinerja setiap peserta workshop penerapan aplikasi skoring dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di tempat penelitian; 2) Pengawas TK/SD selaku peneliti memberikan bantuan teknis kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan supervisi pembelajaran; 3) Pengawas TK/SD selaku peneliti mengisi lembar observasi tentang kinerja setiap peserta; dan 4) Pengawas TK/SD selaku peneliti melakukan penilaian terhadap hasil akhir setiap kelompok/lembaga.
Pada tahap refleksi ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, antara lain: 1) Pengawas TK/SD sebagai peneliti membuat catatan-catatan khusus tentang kinerja setiap kelompok dalam pelaksanaan supervisi; dan 2) Pengawas TK/SD selaku peneliti menyampaikan hasil observasi dan penilaian serta memberikan alternatif pemecahan bagi kendala-kendala yang selama ini dihadapi lembaga dalam pelaksanaan supervisi.
Hasil penelitian pada siklus I tentang hasil observasi kinerja para peserta workshop penerapan aplikasi skoring dalam pelaksanaan supervisi. Hasil observasinya seperti pada tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Observasi Penerapan Supervisi Pembelajaran Siklus I
Dari Tabel 1.1 di atas dapat dismpulkan bahwa hasil observasi penerapan supervisi pembelajaran pada siklus I masih belum berhasil/tidak tuntas karena tidak memenuhi ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70 % peserta berhasil mencapai nilai 7 (tujuh), maka pelaksanaan penelitian tindakan ini dilanjutkan pada siklus II.
Lebih lanjut tentang penilaian hasil akhir penerapan aplikasi skoring yang hasilnya seperti pada tabel 1.2 sebagai berikut:
Tabel 1.2 Penilaian Hasil Akhir Penerapan Aplikasi Skoring Siklus I
Dari Tabel 1.2 di atas dapat dismpulkan bahwa penilaian hasil akhir penerapan aplikasi skoring siklus I masih belum berhasil/tidak tuntas karena tidak memenuhi ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70 % peserta berhasil mencapai hasil yang baik, maka pelaksanaan penelitian tindakan ini dilanjutkan pada siklus II.
Hasil analisa data pada kedua tabel di atas secara lebih jelas tergambar pada grafik 1.1 sebagai berikut:
Grafik 1.1 Hasil Penelitian Siklus I
Sedangkan pada tahap refleksi ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, antara lain: 1) Pengawas TK/SD sebagai peneliti membuat catatan-catatan khusus tentang kinerja setiap kelompok dalam pelaksanaan supervisi; dan 2) Pengawas TK/SD selaku peneliti menyampaikan hasil observasi dan penilaian serta memberikan alternatif pemecahan bagi kendala-kendala yang selama ini dihadapi lembaga dalam pelaksanaan supervisi.
Siklus II
Siklus II merupakan proses pelaksanaan tugas pelaksanaan supervisi pembelajaran yang diberikan kepada peserta workshop penerapan aplikasi skoring dan dilakukan observasi terhadap kinerja masing-masing peserta.
Mengenai isi atau materi yang diobservasi adalah sesuai dengan instrument yang pada intinya adalah mengamati kinerja peserta workshop dalam penerapan supervisi pembelajaran. Perencanaan workshop supervisi siklus II dilaksanakan dengan terlebih dahulu menyampaikan penjelasan kepada kepala SD dan guru tentang tujuan dan prosedur penelitian. Memberikan bimbingan awal kepada kepala SD dan guru tentang apa yang harus dilakukan dalam penelitian. Pengawas TK/SD menyusun materi penyajian untuk menjelaskan cara melaksanakan supervisi pembelajaran sesuai dengan prosedur yang benar. Pengawas TK/SD menyusun lembar observasi untuk mengamati kinerja para kepala SD dan guru yang menjadi subyek penelitian dalam workshop pelaksanaan supervisi pembelajaran.
Dalam pelaksanaan tindakan ini ada beberapa butir kegiatan, yaitu : 1) Pengawas TK/SD menyampaikan materi penyajian tentang cara melaksanakan supervisi pembelajaran sesuai dengan prosedur yang benar dan sesuai peraturan yang ada; 2) Pengawas TK/SD memberikan penjelasan tentang fungsi dan kegunaan supervisi dan menjelaskan 3 aspek utama, ialah Kemampuan membuat jadwal supervisi, Ketepatan memberikan skor setiap aspek, dan Kemampuan peserta dalam menerapkan aplikasi skoring; 3) Pengawas TK/SD melakukan tanya jawab tentang berbagai kendala yang dihadapi peserta selama ini dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di sekolahnya; dan 4) Pengawas TK/SD selaku peneliti memberikan tugas kepada seluruh peserta workshop penerapan aplikasi skoring secara berkelompok untuk menerapkan supervisi pembelajaran
Sedangkan pada tahap observasi ini ada beberapa butir kegiatan, yaitu : 1) Pengawas TK/SD selaku peneliti melakukan pengamatan tentang kinerja setiap peserta Workshop Penerapan Aplikasi Skoring dalam melaksanakan supervisi pembelajaran di tempat penelitian; 2) Pengawas TK/SD selaku peneliti memberikan bantuan teknis kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan supervisi pembelajaran; 3) Pengawas TK/SD selaku peneliti mengisi lembar observasi tentang kinerja setiap peserta; dan 4) Pengawas TK/SD selaku peneliti melakukan penilaian terhadap hasil akhir setiap kelompok/lembaga.
Hasil penelitian pada siklus II tentang hasil observasi kinerja para peserta workshop penerapan aplikasi skoring dalam pelaksanaan supervisi. Hasil observasinya seperti pada tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 Hasil Observasi Penerapan Supervisi Pembelajaran Siklus II
Dari Tabel 1.3 di atas dapat dismpulkan bahwa hasil observasi penerapan supervisi pembelajaran pada siklus II dinyatakan berhasil/tidak tuntas, dimana jumlahnya 76% atau ada 16 orang yang sudah tuntas dalam penerapan supervisi pembelajaran. Sebab itu penelitian tindakan ini dihentikan pada siklus II karena sudah memenuhi ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70 % peserta berhasil mencapai nilai 7 (tujuh).
Sedangkan hasil penelitian tentang penilaian hasil akhir penerapan aplikasi skoring yang hasilnya seperti pada tabel 1.4 sebagai berikut:
Tabel 1.4 Penilaian Hasil Akhir Penerapan Aplikasi Skoring Siklus II
Dari Tabel 1.4 di atas dapat dismpulkan bahwa penilaian hasil akhir penerapan aplikasi skoring siklus II dinyatakan berhasil/ tuntas , dimana terdapat 86% atau ada 18 orang yang sudah tuntas dalam penerapan aplikasi skoring. Sebab itu penelitian tindakan pada siklus II karena sudah memenuhi ketuntasan yang dikehendaki yaitu 70 % peserta berhasil yang baik.
Hasil analisa data pada kedua tabel di atas secara lebih jelas tergambar pada grafik 1.2 sebagai berikut:
Grafik 1.2 Hasil Penelitian Siklus II
Dengan hasil analisa terhadap data yang diperoleh di atas maka untuk siklus II dinyatakan sudah berhasil karena sudah berada di atas kriteria, yaitu minimal 15 orang (70%). Dengan demikian tidak perlu dilaksanakan penelitian ke siklus selanjutnya.
Pembahasan
Berdasarkan perbandingan data observasi yang diperoleh selama penelitian dilakukan, bahwa hasil penerapan aplikasi skoring peserta workshop mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai kemampuan memahami penerapan supervisi pembelajaran dan aplikasi skoring setelah tindakan yang meliputi siklus I dan siklus II seperti grafik 1.3 berikut.
Grafik 1.3 Grafik Perbandingan Kemampuan Memahami Penerapan Supervisi Pembelajaran dan Aplikasi Skoring
Berdasarkan grafik perbandingan di atas dapat dilihat adanya hubungan antar siklus yaitu mengenai kemampuan memahami penerapan supervisi pembelajaran dan aplikasi skoring yang semakin meningkat dari sebelum tindakan hingga sesudah tindakan. Peningkatan tersebut terjadi karena dilaksanakan workshop penerapan aplikasi skoring yang semakin baik dari siklus ke siklus.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam dua siklus tersebut diperoleh kesimpulan bahwa workshop penerapan aplikasi skoring dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru di wilayah binaan I Kecamatan Montong Kabupaten Tuban Tahun Pelajaran 2014/2015.
Agar workshop penerapan aplikasi skoring dapat meningkatkan pelaksanaan supervisi pembelajaran oleh kepala sekolah terhadap guru, maka harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Sebelum observasi penerapan aplikasi skoring dilaksanakan harus ada penjelasan yang lengkap dari pengawas TK/SD selaku peneliti, sehingga para peserta workshop penerapan aplikasi skoring dapat mempersiapkan diri; 2) Proses workshop penerapan aplikasi skoring harus dipersiapkan dengan baik disertai proposal yang jelas sehingga semua peserta dapat memahaminya; 3) Pada saat berlangsung pelaksanaan tugas supervisi pembelajaran oleh peserta workshop, proses observasi tidak boleh mengganggu konsentrasi peserta; dan 4) Ada ukuran atau kriteria keberhasilan yang jelas agar proses pelaksanaan supervisi pembelajaran serta hasil kerja aplikasi skoring dapat diukur secara jelas pula.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Research.
Jakarta: Gramedia.
Asmin, Windu. 2005. Bentuk-Bentuk Pertemuan Ilmiah yang
Produktif. Jakarta: Pustaka Abdi Bangsa.
Erny, Widyawati, 2004. Supervisi dan Monitoring
Pendidikan sebagai Bagian dalam Manajerial di Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Indrawan. 2006. Budaya Belajar Kreatif. Jakarta:
Grasindo
Johan , Fani. 2003. Meningkatkan Kinerja Guru sebagai
Motivator dalam Pembelajaran.
Jakarta: Pustaka Abdi Bangsa.
Muladi, Sani. 2002. Aspek-Aspek Penting dalam
Pelaksanaan Supervisi di Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah.
Subiyakto. 2001. Supervisi Ilmiah sebagai Alternatif
Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Pustaka Abdi Bangsa.
Sumindar. 2002. Penilaian Pembelajaran di Sekolah.
Jakarta: Pustaka Abdi Bangsa.
Surya, Ananda. 2005. Tahapan Pengembangan Potensi Anak.
Jakarta: Pustaka Abdi Bangsa.
Yahya, Sidiq.
2002. Dinamika Pembelajaran dan Sikap Para Pendidik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Posting Komentar