Terkapar di Lincak
Written By Kang Naryo on Jumat, 18 Februari 2011 | 08.30
Senyum sahabat menyentuh di ruang tunggu
Tangis menunggu dalam rasa sesal dan adu
Kala mendekap lincak pada selimut sendu
Membayang dalam ingatan penuh cinta kelabu
Menjanjikan selaksa mimpi untuk selalu merindu
Menabur kasih diantara peluk cium cintamu
Kumendekap janji saat jingga menoreh pelangi
Menyunting rasa sesal sangat pada selimut buai
Jauh melangkah menuju samudra ligai kian pasti
Menunggu warta berkali-kali di selembar permadani
Senyum tipis sebatas asa menunggu semerbak mewangi
Meningkahi janji degan pasti di cincin melati
Namun lincak makin letih menahan rasa magrang
Menggunung busur terlepas dari mata si bujang
Selaksa medayung lembah gunung tanpa melayang
Lepas landas terbang meninggalkan kidung agung
Sambut cahaya yang memudar dalam gemgam ilalang
Menuju nirwana membawa rasa sesal penuh liwang
Airmata deras mengalir menghempas kerling manis
Nyanyi beku dalam suasana tentram penuh cemas
Relakan dekap akhir dengan doa-doa tanpa batas
Terkapar di lincak kala bilur ruhmu sangat misterius
Menetapi takdir illahi tinggalkan ingin sumakawis
Sampai menitis baru di ujung petang sampai habis
Duhh... Gusti...
Kugendong selaksa janji ini menembus mimpi
Setegak kata seingat sabdamu di perjamuan suci
Tanda kasih tak kunjung datang pada altar sidarsi
Terima rasa pasrah dan ikhlas sebagai makna terpuji
Ungkap dari bibir manis nan indah penuh bakti
Seungkap kasih akan membelainya di pagi sunyi
Toelangan, 18 February 2011
Label:
Geguritan
Posting Komentar