Angin
membisik, pelan nan manja
Kokok
bekisar seolah menyirat wasiat
Kicau
burung gereja, sepertinya iri
berkaca
pada embun pagi
Dua
pasang mata, kekasih bertegur sapa
Ada
kerinduan tak tuntas paripurna
Tikar
pandan menjadi saksi
Berharap
membiarkan tikar
menceritakan
kisahnya
Namun,
apa daya
Awan
pun jadi gelisah
Melihat
dua sejoli
Diselimuti
misteri
Ada
gelegar diantara tulang rusuk
Mengaduk-aduk
jiwa kelana
Sejenak,
Amat
sangat dan sungguh-sungguh
Didekap
erat, detik demi detik jam perpisahan
Ada
janji tak terucap
Kala
jemari lentik digenggam
Ada
keharuan yang mendalam
Ada
rangkaian dawai tak mengalun
“Hati-hati mas,” bibir
tipis itu berucap
Lalu,
Anganpun
seolah terbang menjelajah belantara
Ketika
cinta terhalang hitungan jawa
Tangis
haru, menghadir lara di dada
Fatwa
pujangga,
Bersanding
dengan pujaan jiwa
adalah
impian insan manusia
Ketika
cinta membentur budaya
Bulir
bening menetes dari matanya
Memilih
pegat
dan
ihklaskan semuanya
Gusti,
Jodoh,
rejeki, dan pati adalah kuasa-Mu
Cinta
ini berirama
nada
suling dan petikan senar
Mengagungkan
kenyataan dan kemungkinan
Namun,
Kepada
senja, aku belajar tentang sebuah kata
Rela!
Posting Komentar