Headlines News :
Home » » Participatory Rural Appraisal (PRA)

Participatory Rural Appraisal (PRA)

Written By Kang Naryo on Selasa, 22 Juni 2010 | 17.20

KAJIAN Keadaan Pedesaan secara Partisipatif adalah salah satu tahap dalam meningkatkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Proses pemandirian atau Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari beberapa tahapan yaitu, Kajian Keadaan Pedesaan oleh Masyarakat, Pengembangan Kelompok, Pembangunan Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan dan Monitoring dan Evaluasi


Kajian Keadaan Pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasinya, baik potensi maupun permasalahannya. Ini sangat berbeda dengan pendekatan 'top-down' yang sering dipakai oleh lembaga-lembaga yang kumpul informasi untuk kelancaran program mereka. Dalam program ini, lembaga menentukan apa yang akan dikerjakan dalam suatu wilayah. Masyarakat diikutkan tanpa diberikan pilihan. Dalam Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif justru masyarakat memanfaatkan informasi dan hasil kajian sendiri untuk mengembangkan rencana kerja mereka agar lebih maju dan mandiri.


Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah gambaran tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini merupakan dasar untuk tahapan proses Pemberdayaan Masyarakat berikut, yaitu pembentukan dan pengembangan kelompok serta penyusunan dan pelaksanaan rencana kegiatan oleh masyarakat. Hasil Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif juga dapat digunakan oleh Dinas serta instansi lain untuk mengembangkan pelayanan serta program yang lebih tanggap terhadap kebutuhan masyarakat.
Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi atau didampingi oleh Tim Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Kajian Partisipatif diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman dan pengetahuannya.


Pendekatan yang dipakai untuk mengkaji keadaan pedesaan sacara partisipatif, adalah 'Participatory Rural Appraisal' atau 'PRA'. PRA ini adalah 'sekumpulan teknik dan alat yang mendorong masyarakat Pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisa pengetahuannya mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan'(Chambers). PRA mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pengembangan.


Teknik dan alat PRA berupa visual (gambar, tabel, bentuk) yang dibuat oleh masyarakat sendiri dan dipergunakan sebagai media diskusi masyarakat tentang keadaan mereka sendiri serta lingkungannya. Kualitas informasi yang digali dengan PRA biasanya tinggi, namun kuantitatif kadang-kadang kurang tepat. Walaupun kita tidak tahu apakah informasi seratus persen benar, yang penting bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran.
Tahap-tahapan dalam proses kajian keadaan pedesaan partisipatif meliputi:

Persiapan desa bersama wakil masyarakat
  1. Menentukan tempat dan waktu;
  2. Koordinasi dengan pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat
  3. Mengumumkan kepada mayarakat;
  4. Persiapan akomodasi dan konsumsi serta dana yang diperlukan;
Persiapan dalam tim
  1. Menentukan bahan pendukung dan media;
  2. Menentukan informasi yang akan dikaji;
  3. Menentukan teknik PRA yang ingin dipakai;
  4. Membagi peran dalam Tim PM;
Melakukan kajian keadaan: kegiatan PRA:
  1. Berbagi pengalaman dan pengetahuan
  2. Analisa pengalaman dan pengetahuan
  3. Menyimpulkan
Pengumpulan dan perumusan hasil PRA (pelaporan)
Lokakarya / Musyawarah Masyarakat:
  1. Mempresentasi semua hasil PRA;
  2. Mendiskusikan kembali dengan masyarakat untuk mempertajam temuan;
  3. Penyusunan hasil akhir analisa kajian potensi, kesempatan, masalah dan kemungkinan pengembangan program oleh masyarakat.


Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan keadaan setempat dan keinginan masyarakat. PRA dapat dilaksanakan dalam bentuk 'Lokakarya' (misalnya selama 5 hari terus menerus) atau dalam beberapa tahap (misalnya satu hari seminggu selama 2 bulan).


PRA tidak mudah untuk dilakukan karena masih sering ada anggapan bahwa masyarakat miskin bodoh dan perlu digurui. Untuk itu fasilitator perlu sikap hati rendah serta kesediaan untuk belajar dari masyarakat dan menempatkan warga masyarakat sebagai pelaksana dan nara sumber utama dalam memahami keadaannya.


Kegiatan Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif adalah dasar untuk Pembentukan Kelompok serta Penyusunan Rencana Kegiatan Kelompok. Berdasarkan masalah dan kebutuhan yang dihadapi oleh masyarakat, dapat dikembangkan kegiatan untuk memecahkan masalah tersebut. Sering kali, dibentuk kelompok yang memudahkan pencapaian tujuan bersama. Kelompok juga berfungsi sebagai kelompok belajar.

Kajian Keadaan Pedesaan Partisipatif atau PRA sering memanfaatkan teknik-teknik visualisasi (pembuatan gambar) untuk mendukung analisa masyarakat terhadap keadaan mereka. Pada umumnya, ada beberapa metode visualisasi, yaitu gambaran, tabel dan bagan. Berdasarkan metode-metode ini, banyak teknik telah dikembangkan. Berdasarkan pengalaman beberapa teknik yang sangat berguna meliputi Pemetaan desa, Kalender musim, Transek (penelusuran desa), Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan, Bagan perubahan, Analisa Penggunaan Waktu, Kajian mata pencaharian, Diagram alur pemasaran, Penentuan angka dan ranking


Keluaran Kajian Keadaan Pedesaan adalah gambaran tentang:
  1. potensi sumber daya alam yang dimiliki masyarakat, termasuk sistem usaha tani
  2. potensi sosial masyarakat;
  3. potensi perekonomian masyarakat;
  4. potensi lembaga atau kelompok kegiatan yang ada, latar belakangnya, strukturnya, kegiatannya dan lain-lain (termasuk lembaga pelayanan, baik pemerintah maupun non-pemerintah);
  5. masalah-masalah masyarakat;
  6. prioritas dan penyebab masalah;
  7. peluang-peluang pengembangan.
Prinsip-prinsip PRA
  1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
  2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat
  3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator
  4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
  5. Prinsip santai dan informal
  6. Prinsip triangulasi
  7. Prinsip mengoptimalkan hasil
  8. Prinsip orientasi praktis
  9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
  10. Prinsip belajar dari kesalahan
  11. Prinsip terbuka
Kelemahan dan Bahaya dalam penerapan PRA
  1. Sangat tergantung ketrampilan dan sikap fasilitator
  2. Keterpakuan pada kegiatan menerapkan teknik dan lupa bahwa sebenarnya teknik PRA hanyalah alat dalam proses pengalihan ketrampilan analisis kepada masyarakat
  3. Kehilangan arah dan dangkal (banjir informasi)
  4. Kembali melakukan penyuluhan satu arah (kebiasaan dahulu)
  5. Karena sifat PRA terbuka, muncul beda pendapat dan bisa menyebabkan konflik
  6. Menanggpa PRA sebagai 'resep' (pendekatan fleksibel dan terbuka)
  7. Terpatok pada waktu (perlu waktu, jangan berburu-buru)
  8. Merancang PRA dengan biaya mahal (walaupun teknik-teknik sederhana)
  9. Masih mengutamakan target
  10. Partisipasi menjadi semu
  11. PRA menjadi rutinitas
  12. Masyarakat masih sebagai obyek
  13. Mengatasnamakan PRA (walaupun melakukan RRA)
  14. Mengecewakan Masyarakat
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Gubuk Maya Kang Naryo | Mas Template
Copyright © 2009. GubuK Maya | Kang Naryo - All Rights Reserved
Created by Gubuk Maya | Kang Naryo
Powered by Blogger